PEWARNAAN DAN KEAWETAN WARNA
Sudah
ribuan tahun, pewarnaan telah digunakan untuk memperindah segala sesuatu. Dunia
kita dipenuhi oleh objek-objek yang indah dengan semua warna pelangi.
Pada percobaan ini, kita akan
mempelajari berbagai metode penyiapan bahan yang akan diberi pewarna. Kita juga
akan menentukan keawetan warna kain, dan meneliti oksidasi sebagai hasil dari
pemutihan dan dari sinar matahari.
A.
Tujuan : Untuk menentukan apakah cuka
diperlukan untuk mewarnai kulit telur
B. Bahan :
stoples 500 ml,
air suling, sendok teh/sendok ukur 5 ml, pewarna makanan biru, 2 cangkir, spidol,
stiker label, cuka putih (5%), sendok besar, 2 telur (rebus), kertas tisu
C.
Langkah-langkah Kerja
1. Isi stoples dengan air suling sampai
setengah.
2. Tambahkan 2 sendok teh (10 ml) pewarna
makanan ke dalam air dan aduk.
3. Tuang air berwarna tersebut ke dalam kedua
cangkir dalam jumlah yang sama.
4. Dengan spidol, tulis “Dengan cuka” pada
stiker label dan tempel pada salah satu cangkir.
5. Tambahkan 1 sendok teh (5 ml) cuka dalam
cangkir ini dan aduk.
6. Beri label cangkir lain dengan tulisan
“Tanpa Cuka”
7. Gunakan sendok besar untuk meletakkan satu
telur dalam setiap cangkir.
8. Biarkan telur selama 2 menit.
9. Angkat telur dan letakkan di atas sebuah
kertas tisu. Jangan keringkan telur dengan kertas tisu, tetapi biarkan
mengering sendiri.
10. Amati warna setiap telur.
D. Hasil :
Telur yang
dicelup dalam larutan yang mengandung cuka mempunyai warna biru lebih tua
daripada telur yang dicelup dalam larutan pewarna tanpa cuka.
E.
Penjelasan
Untuk mewarna sebuah benda, molekul-molekul pewarna harus
menempel pada permukaan benda. Dalam percobaan ini, pewarna tertarik pada kulit
telur karena ada perbedaan muatan listrik antara molekul pewarna dan muatan
listrik molekul di luar kulit telur. Cuka (asam asetat dan air) bereaksi dengan
lapisan molekul protein yang menutupi permukaan kulit telur sehingga permukaan
mejadi bermuatan positif dan menarik molekul-molekul pewarna yang bermuatan
negatif. Beberapa molekul masuk dalam sela-sela kulit. Jadi, telur dalam
larutan tanpa cuka memiliki sedikit warna.
F.
Tugas Percobaan Dengan Pendekatan Baru
1. Apakah intensitas warna telur dipengaruhi oleh
konsentrasi cuka dalam larutan pewarna? Ulangi percobaan dua kali, pertama
dengan menambah 2 sendok teh (10 ml) cuka ke dalam air berwarna, dan kedua
menambah ½ sendok teh (2,5 ml) cuka.
2. Apakah suhu larutan mempengaruhi hasilnya ?
Ulangi percobaan awal dua kali, pertama dengan menambah es ke dalam air
berwarna untuk mendinginkan, dan kedua menggunakan air panas.
3. Apakah warna mempengaruhi hasil pewarnaan ?
Ulangi percobaan awal dengan menggunakan warna lain.
G. Merancang Percobaan Mandiri
1. Dapatkah permukaan di bawah kutikula, lapisan
protein tipis yang menutupi kulit. ;diberi pewarna? Gunakan kikir untuk
menggosok satu area kecil diatas permukaan
telur rebus sampai lapisan luar kulit hilang. Isi cangkir dengan air
suling sampai setengahnya. Tambahkan 1 sendok (5 ml) pewarna makanan merah dan
1 sendok teh (5 ml) cuka dan aduk. Letakkan telud dalam larutan cuka merah.
Angkat telur sesudah dua menit dan amati pewarnaan pada dan sekitar area yang
digosok dengan kikir.
2. Ada dua metode yang biasa dipakai untuk
mewarnai kain. Pertama adalah pewarna
langsung (pewarna langsung di sapukan pada kain), dan yang kedua adalah pewarnaan tidak langsung (pewarna
dicampur dengan mordant, zat yang
menempel pada permukaan kain).
Catatan : Sebelum mendemonstrasikan dua metode
pewarnaan ini, hilangkan sizing/pelapis (zat yang dipakai
untuk mengisi pori-pori serat kain), jika kain masih baru. Siapkan dua potong
kain katun putih berukuran 30 x 30 cm. Tuang 1 cangkir (250 ml) air ke dalam
panci. Tambahkan 1 sendok makan (15 ml) natrium karbonat (soda pembersih) dan
aduk. Celup potongan kain tadi ke dalam larutan dan panaskan hingga mendidih.
Didihkan selama dua menit. Biarkan larutan mendingin. Angkat kainnya dan bilas
dalam air. Siapkan pewarna kain dengan mengikuti petunjuk pada bungkusnya.
Ikuti petunjuk berikut untuk mewarnai potongan kain tadi.
a. Pewarna
langsung dapat dilakukan dengan menuang 1 cangkir (250 ml) larutan pewarna ke
dalam sebuah mangkuk. Masukkan satu potong kain ke dalam mangkuk dan aduk selama
dua menit. Angkat kain dan bilang dengan air. Biarkan kain mengering.
b. Pewarnaan
tidak langsung membutuhkan persiapan lebih banyak. Pertama, didihkan kain
selama dua menit dalam larutan yang terbuat dari 1 cangkir (250 ml) air, dan 1
sendok makan (15 ml) garam inggris (magnesium sulfat). Setelah mendingin, bilas
kainnya dengan air dan celup kain dalam amonia cair (amonium hidroksida) selama
satu menit.
Perhatian : Amonia adalah racun. Amonia dan uapnya
dapat merusak kulit dan selaput lendir hidung, mulut dan mata. Angkat kainnya,
bilas dengan air dan peras. Celup kain dalam 1 cangkir (250 ml) larutan pewarna
selama dua menit. Angkat kain dan bilas dengan air. Biarkan kainnya mengering.
3. a. Keawetan
warna adalah ketahuan pewarna untuk tidak pudar. Oksidasi (bercampur dengan
oksigen) molekul pewarna menghasilkan molekul-molekul yang tidak berwarna atau
yang sedikit berwarna. Sinar ultraviolet matahari membuat molekul oksigen di
udara lebih reaktif. Jadi, bahan-bahan berwarna yang diletakkan di bawah sinar
matahari lebih cepat memudar warnanya.
Demonstrasikan
pengaruh matahari dalam memudarkan warna dengan melipat sepotong kertas merah
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 20.1. Letakkan kertas yang telah dilipat
tadi dekat jendela selama empat atau lima hari.
Catatan : Jangan
ubah posisi kertas. Kemudian, buka lipatan dan amati warna kertas.
Gambar
20.1
b. Pemutih
(bleach) mengandung natrium hipoklorit, suatu bahan kimia yang
antara lain mengandung klorin dan oksigen. Klorin memiliki daya tarik yang kuat
terhadap hidogen. Saat pemutih bersentuhan dengan berwarna yang mengandung
hidrogen, hidrogen dihilangkan oleh klorin dan oksigen tetap pada tempatnya.
Oksidasi yang terjadi adalah warna putih atau berkurangnya warna.
Perhatian : Hindari kontak dengan pemutih karena
akan mengiritasi mata, kulit, dan selapur lendir. Jangan mencampur dengan asam,
amonia, atau bahan kimia lainnya karena dapat membentuk gas beracun.
Demonstrasikan
pengaruh pemutih dengan menambahkan beberapa tetes pemutih di atas berbagai
sampel kimia, seperti katun, nilon, akrilik, dan wol dengan warna yang mirip
satu dengan lain (warna mungkin tidak tepat sama, tetapi coba cari yang sedekat
mingkin). Potong masing-masing sampel kain dengan ukuran 10 cm persegi.
Letakkan setiap potong kain di atas baki dan beri tiga tetes pemutih di tengah
sampel. Amati setiap 10 menit selama satu jam. Bandingkan warna sampel yang
terkena pemutih dan yang tidak. Bandingkan menghilangnya warna pada berbagai
jenis kain. Gunakan sampel-sampel tersebut dalam pameran untuk menunjukkan hasil
percobaan, (lihat gambar 20.2)
Gambar
20.2
H. Tugas Mandiri
1. Pada tahun 3000 Sebelum Masehi, pewarna yang
disarikan dari tanaman digunakan di Cina dan Timur Tengah untuk mewarnai
tekstil. Cari informasi lebih banyak tentang pewarna alami. Buat daftar tanaman
yang biasa dipakai untuk menghasilkan warna tertentu . Temukan metode
mengekstrak pewarna dari tanaman. Kita dapat mewarnai potongan kain dengan
pewarnaanmu dan memamerkannya.
2. Pada tahun 1856, seorang ahli kimia Inggris,
William H. Perkin, mencoba menghasilkan kuinin dari ter batubara, saat dia
menemukan pewarna ungu. Dia kemudian menemukan pewarna sintesis kedua, magenta.
Cari informasi lebih banyak tentang pewarna sintesis. Apa sumbangan Karl Grabe
dan Karl Liebermann dalam industri pewarna ? Apa pengaruh penemuan mereka
terhadap penamaan tanaman madder di Peraincis, Belkita, Italia, dan Turki yang
menghasilkan banyak keuntungan ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar