Jumat, 14 September 2012

BAB 20



PEWARNAAN DAN KEAWETAN WARNA


Sudah ribuan tahun, pewarnaan telah digunakan untuk memperindah segala sesuatu. Dunia kita dipenuhi oleh objek-objek yang indah dengan semua warna pelangi.
            Pada percobaan ini, kita akan mempelajari berbagai metode penyiapan bahan yang akan diberi pewarna. Kita juga akan menentukan keawetan warna kain, dan meneliti oksidasi sebagai hasil dari pemutihan dan dari sinar matahari.

A.  Tujuan      : Untuk menentukan apakah cuka diperlukan untuk mewarnai kulit telur

B.  Bahan       : stoples 500 ml, air suling, sendok teh/sendok ukur 5 ml, pewarna makanan biru, 2 cangkir, spidol, stiker label, cuka putih (5%), sendok besar, 2 telur (rebus), kertas tisu

C.  Langkah-langkah Kerja
1.    Isi stoples dengan air suling sampai setengah.
2.    Tambahkan 2 sendok teh (10 ml) pewarna makanan ke dalam air dan aduk.
3.    Tuang air berwarna tersebut ke dalam kedua cangkir dalam jumlah yang sama.
4.    Dengan spidol, tulis “Dengan cuka” pada stiker label dan tempel pada salah satu cangkir.
5.    Tambahkan 1 sendok teh (5 ml) cuka dalam cangkir ini dan aduk.
6.    Beri label cangkir lain dengan tulisan “Tanpa Cuka”
7.    Gunakan sendok besar untuk meletakkan satu telur dalam setiap cangkir.
8.    Biarkan telur selama 2 menit.
9.    Angkat telur dan letakkan di atas sebuah kertas tisu. Jangan keringkan telur dengan kertas tisu, tetapi biarkan mengering sendiri.
10.  Amati warna setiap telur.

D.  Hasil         : Telur yang dicelup dalam larutan yang mengandung cuka mempunyai warna biru lebih tua daripada telur yang dicelup dalam larutan pewarna tanpa cuka.

E.  Penjelasan
Untuk mewarna sebuah benda, molekul-molekul pewarna harus menempel pada permukaan benda. Dalam percobaan ini, pewarna tertarik pada kulit telur karena ada perbedaan muatan listrik antara molekul pewarna dan muatan listrik molekul di luar kulit telur. Cuka (asam asetat dan air) bereaksi dengan lapisan molekul protein yang menutupi permukaan kulit telur sehingga permukaan mejadi bermuatan positif dan menarik molekul-molekul pewarna yang bermuatan negatif. Beberapa molekul masuk dalam sela-sela kulit. Jadi, telur dalam larutan tanpa cuka memiliki sedikit warna.

F.  Tugas Percobaan Dengan Pendekatan Baru
1.  Apakah intensitas warna telur dipengaruhi oleh konsentrasi cuka dalam larutan pewarna? Ulangi percobaan dua kali, pertama dengan menambah 2 sendok teh (10 ml) cuka ke dalam air berwarna, dan kedua menambah ½ sendok teh (2,5 ml) cuka.
2.  Apakah suhu larutan mempengaruhi hasilnya ? Ulangi percobaan awal dua kali, pertama dengan menambah es ke dalam air berwarna untuk mendinginkan, dan kedua menggunakan air panas.
3.  Apakah warna mempengaruhi hasil pewarnaan ? Ulangi percobaan awal dengan menggunakan warna lain.
    
G.  Merancang Percobaan Mandiri
1.  Dapatkah permukaan di bawah kutikula, lapisan protein tipis yang menutupi kulit. ;diberi pewarna? Gunakan kikir untuk menggosok satu area kecil diatas permukaan  telur rebus sampai lapisan luar kulit hilang. Isi cangkir dengan air suling sampai setengahnya. Tambahkan 1 sendok (5 ml) pewarna makanan merah dan 1 sendok teh (5 ml) cuka dan aduk. Letakkan telud dalam larutan cuka merah. Angkat telur sesudah dua menit dan amati pewarnaan pada dan sekitar area yang digosok dengan kikir.
2.  Ada dua metode yang biasa dipakai untuk mewarnai kain. Pertama adalah pewarna langsung (pewarna langsung di sapukan pada kain), dan yang kedua adalah pewarnaan tidak langsung (pewarna dicampur dengan mordant, zat yang menempel pada permukaan kain).
Catatan : Sebelum mendemonstrasikan dua metode pewarnaan ini, hilangkan sizing/pelapis (zat yang dipakai untuk mengisi pori-pori serat kain), jika kain masih baru. Siapkan dua potong kain katun putih berukuran 30 x 30 cm. Tuang 1 cangkir (250 ml) air ke dalam panci. Tambahkan 1 sendok makan (15 ml) natrium karbonat (soda pembersih) dan aduk. Celup potongan kain tadi ke dalam larutan dan panaskan hingga mendidih. Didihkan selama dua menit. Biarkan larutan mendingin. Angkat kainnya dan bilas dalam air. Siapkan pewarna kain dengan mengikuti petunjuk pada bungkusnya. Ikuti petunjuk berikut untuk mewarnai potongan kain tadi.
     a.    Pewarna langsung dapat dilakukan dengan menuang 1 cangkir (250 ml) larutan pewarna ke dalam sebuah mangkuk. Masukkan satu potong kain ke dalam mangkuk dan aduk selama dua menit. Angkat kain dan bilang dengan air. Biarkan kain mengering.
     b.    Pewarnaan tidak langsung membutuhkan persiapan lebih banyak. Pertama, didihkan kain selama dua menit dalam larutan yang terbuat dari 1 cangkir (250 ml) air, dan 1 sendok makan (15 ml) garam inggris (magnesium sulfat). Setelah mendingin, bilas kainnya dengan air dan celup kain dalam amonia cair (amonium hidroksida) selama satu menit.
Perhatian : Amonia adalah racun. Amonia dan uapnya dapat merusak kulit dan selaput lendir hidung, mulut dan mata. Angkat kainnya, bilas dengan air dan peras. Celup kain dalam 1 cangkir (250 ml) larutan pewarna selama dua menit. Angkat kain dan bilas dengan air. Biarkan kainnya mengering.
3.  a.    Keawetan warna adalah ketahuan pewarna untuk tidak pudar. Oksidasi (bercampur dengan oksigen) molekul pewarna menghasilkan molekul-molekul yang tidak berwarna atau yang sedikit berwarna. Sinar ultraviolet matahari membuat molekul oksigen di udara lebih reaktif. Jadi, bahan-bahan berwarna yang diletakkan di bawah sinar matahari lebih cepat memudar warnanya.
Demonstrasikan pengaruh matahari dalam memudarkan warna dengan melipat sepotong kertas merah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 20.1. Letakkan kertas yang telah dilipat tadi dekat jendela selama empat atau lima hari.
            Catatan :             Jangan ubah posisi kertas. Kemudian, buka lipatan dan amati warna kertas.

Gambar 20.1

     b.    Pemutih (bleach) mengandung natrium hipoklorit, suatu bahan kimia yang antara lain mengandung klorin dan oksigen. Klorin memiliki daya tarik yang kuat terhadap hidogen. Saat pemutih bersentuhan dengan berwarna yang mengandung hidrogen, hidrogen dihilangkan oleh klorin dan oksigen tetap pada tempatnya. Oksidasi yang terjadi adalah warna putih atau berkurangnya warna.
Perhatian : Hindari kontak dengan pemutih karena akan mengiritasi mata, kulit, dan selapur lendir. Jangan mencampur dengan asam, amonia, atau bahan kimia lainnya karena dapat membentuk gas beracun.
Demonstrasikan pengaruh pemutih dengan menambahkan beberapa tetes pemutih di atas berbagai sampel kimia, seperti katun, nilon, akrilik, dan wol dengan warna yang mirip satu dengan lain (warna mungkin tidak tepat sama, tetapi coba cari yang sedekat mingkin). Potong masing-masing sampel kain dengan ukuran 10 cm persegi. Letakkan setiap potong kain di atas baki dan beri tiga tetes pemutih di tengah sampel. Amati setiap 10 menit selama satu jam. Bandingkan warna sampel yang terkena pemutih dan yang tidak. Bandingkan menghilangnya warna pada berbagai jenis kain. Gunakan sampel-sampel tersebut dalam pameran untuk menunjukkan hasil percobaan, (lihat gambar 20.2)

Gambar 20.2


H.  Tugas Mandiri
1.  Pada tahun 3000 Sebelum Masehi, pewarna yang disarikan dari tanaman digunakan di Cina dan Timur Tengah untuk mewarnai tekstil. Cari informasi lebih banyak tentang pewarna alami. Buat daftar tanaman yang biasa dipakai untuk menghasilkan warna tertentu . Temukan metode mengekstrak pewarna dari tanaman. Kita dapat mewarnai potongan kain dengan pewarnaanmu dan memamerkannya.
2.  Pada tahun 1856, seorang ahli kimia Inggris, William H. Perkin, mencoba menghasilkan kuinin dari ter batubara, saat dia menemukan pewarna ungu. Dia kemudian menemukan pewarna sintesis kedua, magenta. Cari informasi lebih banyak tentang pewarna sintesis. Apa sumbangan Karl Grabe dan Karl Liebermann dalam industri pewarna ? Apa pengaruh penemuan mereka terhadap penamaan tanaman madder  di Peraincis, Belkita, Italia, dan Turki yang menghasilkan banyak keuntungan ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar